Cmst
Ketika aku ragu untuk bermimpi
Menikmati sebuah senyum
hinaan pada wajah mentari aku
juga malu
Lalu
Aku melihat kecemasan pada
jutaan raut udara yang ku hirup
Mngkin juga harga diri warna
kelam merasa terhina atas
keharusannya mencatat hitamku
Dulu
Saat dunia berdusta tentang
keindahan
aku tertawa melihat wajah - wajah
sekarat perihal cinta
Aku mengutuk kebodohan mereka
Ritualku meludahi wajah cilaka
pada mereka yang kalah adalah
bagian dari hinaanku pada pelaku
cinta
Saat para peri pemetik air mata
turun menguras semua symbol
kesedihan itu di setiap mata
penghuni jagad
Aku tetap tertawa liar
Tawa yang di benci langit
Bahkan mereka para penghuni
langit akan mengutuk siapa saja
yang mendengar tawaku ketika ku
lantutkan
Duniaku dunia para penghina
dunia
Tingkah tanpa laku adab
Aku pelaku Cinta yang
mengharamkan air mata
Musuh dari mereka yang meratap
iklas dari kehilangan yang
sehilanghilangya pada perihal
cinta
Dan duniapun pasrah atas
keakuanku yang hidup mengutuk
air mata
Langit pun tau kalau aku
membenci dan memusuhi para
pecundang cinta
Tak pernah terlintas di pikiranku
akan menjadi bagian dari
jahannam - jahannam itu
Mengenang mereka pun aku akan
merasa terhina
Dan kini
Kini aku kehilangan tawa terkutuk
ku
Aku kehilangan wajah keakuaku di
hadapan tatap dunia
Langit meludahi rindukku yang
memalukan
Mereka sepakat menghinaku
Dan itu pantas
Aku terkapar di titik nadir terendah
ketika senyum si BODOH itu hilang
membawa keselurahan rasaku
Kematian
Ya !! kematian nya menjadikanku
lebih rendah dari wajah - wajah
jahannam yang sekarat
Ada banyak kematian pada lalu ku
Dan aku biasa
Tapi kenapa ketika Si BODOH itu
mati beserta aroma betinanya aku
merasa seluruh penghuni jagad
mengutukku
Aku melihat diriku di ludahi dengan cacian nakjis kaum pecinta
Kematian atas
nama CINTA nya membuatku mengerti
sekaligus membuka hatiku dengan
bathin yang luka parah
Selamat malam SI BODOH
hei..kau yang di atas sana
Terima kasih sudah membuatku
mengerti perihal cinta
Dan kabarkan pada Peri pemetik air
mata untuk tidak bersusah payah
turun memeras cairan laknat itu
dari mataku yang kasian ini
Aku kini
Kekasihmu yang hanya mampu
melihat kehidupan ini tidak lebih
dari lorong - lorong sunyi tanpa
rasa
Biar ku abadi mengenang aroma
betinamu dalam menanti si jubah
hitam memindahkanku dari arena
derita yang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar