01 November 2014

Catatan sang pendosa

Cmst

Ketika aku ragu untuk bermimpi

Menikmati sebuah senyum
hinaan pada wajah mentari aku
juga malu

Lalu

Aku melihat kecemasan pada
jutaan raut udara yang ku hirup

Mngkin juga harga diri warna
kelam merasa terhina atas
keharusannya mencatat hitamku

Dulu

Saat dunia berdusta tentang
keindahan
aku tertawa melihat wajah - wajah
sekarat perihal cinta

Aku mengutuk kebodohan mereka

Ritualku meludahi wajah cilaka
pada mereka yang kalah adalah
bagian dari hinaanku pada pelaku
cinta

Saat para peri pemetik air mata
turun menguras semua symbol
kesedihan itu di setiap mata
penghuni jagad

Aku tetap tertawa liar

Tawa yang di benci langit

Bahkan mereka para penghuni
langit akan mengutuk siapa saja
yang mendengar tawaku ketika ku
lantutkan

Duniaku dunia para penghina
dunia

Tingkah tanpa laku adab

Aku pelaku Cinta yang
mengharamkan air mata

Musuh dari mereka yang meratap
iklas dari kehilangan yang
sehilanghilangya pada perihal
cinta

Dan duniapun pasrah atas
keakuanku yang hidup mengutuk
air mata

Langit pun tau kalau aku
membenci dan memusuhi para
pecundang cinta

Tak pernah terlintas di pikiranku
akan menjadi bagian dari
jahannam - jahannam itu

Mengenang mereka pun aku akan
merasa terhina

Dan kini

Kini aku kehilangan tawa terkutuk
ku

Aku kehilangan wajah keakuaku di
hadapan tatap dunia

Langit meludahi rindukku yang
memalukan

Mereka sepakat menghinaku

Dan itu pantas

Aku terkapar di titik nadir terendah
ketika senyum si BODOH itu hilang
membawa keselurahan rasaku

Kematian

Ya !! kematian nya menjadikanku
lebih rendah dari wajah - wajah
jahannam yang sekarat

Ada banyak kematian pada lalu ku

Dan aku biasa

Tapi kenapa ketika Si BODOH itu
mati beserta aroma betinanya aku
merasa seluruh penghuni jagad
mengutukku

Aku melihat diriku di ludahi dengan cacian nakjis kaum pecinta

Kematian atas
nama CINTA nya membuatku mengerti
sekaligus membuka hatiku dengan
bathin yang luka parah

Selamat malam SI BODOH
hei..kau yang di atas sana

Terima kasih sudah membuatku
mengerti perihal cinta

Dan kabarkan pada Peri pemetik air
mata untuk tidak bersusah payah
turun memeras cairan laknat itu
dari mataku yang kasian ini

Aku kini

Kekasihmu yang hanya mampu
melihat kehidupan ini tidak lebih
dari lorong - lorong sunyi tanpa
rasa

Biar ku abadi mengenang aroma
betinamu dalam menanti si jubah
hitam memindahkanku dari arena
derita yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar