08 April 2014

Dzikir

By:Cmst


ZIKIR (1) part 1

ﺪﻬﺷﺃ ﻥﺃ ﻻ ﻪﻟﺍ ﻻﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻭ ﺪﻬﺷﺃ ﻥﺃ
ﺍﺪﻤﺤﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ

ZIKIR (1)
Sebagaimana yang pernah
diterangkan pada uraian-uraian
sebelumnya, bahwa setiap orang
yang hendak menyucikan dirinya
dengan Allah s.w.t, ber-ke-WAJIB-
an meng-amal-kan segala petuah-
petuah yang diberikan oleh
gurunya di samping berzikir dengan
Allah s.w.t. karena dengan berzikir
saja-lah maka hakiki dari ke-kotor-
an hati dapat disucikan, dan perlu
diketahui bahwa tiada jalan lain
untuk mengembalikan Diri Rahasia
Allah s.w.t. kepada ZatulHaq
melainkan dengan cara menyucikan
hatinya.

Kesucian hati dapat diukur
berdasarkan tahap kesucian
gumpalan darah kotor yang
ada di bagian bawah jantung
seseorang, yang selama ini
menyelebungi lampu Makrifat.
Dengan men-dapat-kan Nur Qalbu,
maka manusia tersebut akan mem-
dapat-kan hidayah dari Allah s.w.t.
seperti sabda Rasulullah s.a.w.:
KALBU MUKMININ BAITULLAH

Artinya :
Sesungguhnya hati orang
mukmin itu adalah istana
Allah

Apakah Hakekat daripada ZIKIR?
Sesungguhnya ZIKIR pada
pandangan SYAREAT adalah
mengingati Allah s.w.t. dengan
melafazkan Asma’ Allah s.w.t. yaitu
apa yang ada dibibir sama dengan
yang ada didalam hati.

Namun begitu didalam bab ini saya
akan membawa saudara-saudara
sekalian kepada penafsiran TASAUF.

Adapun penafsiran ZIKIR pada
pandangan TASAUF boleh di-
tafsir-kan bahwa : zikir adalah
satu seruan kepada semua
anggota zahir dengan tujuan
untuk membersihkan hati
dalam usaha-nya untuk
mengembalikan Diri Rahasia
kepada tuan Empunya Diri,
ini berlandaskan firman Allah
s.w.t. di dalam Al Quran
Surah Ar Ra’du ayat 28
Illa bizikrullahi baianul qulub

Artinya :
Dengan ber-zikir kepada Allah
s.w.t.-Lah dapat
membersihkan hati.

Adapun zikir yang biasa diamalkan
orang-orang Hakekat dan Makrifat
adalah zikir Af’al, zikir Asma’, zikir
Sifat dan zikir Zat.
Ber-awal Zikir AF’AL adalah dengan
me-lafaz-kan kalimat Syahadat
Tauhid yaitu LAILLAHAILLALLAH,
zikir ini merupakan zikir awal yang
biasa diamalkan oleh orang-orang
kumpulan SYAREAT,. Zikir ini juga
sering disebut sebagai zikir nafi dan
Isbab dimana si pengamal zikir ini
akan me-nafi-kan segala hak pada
dirinya dan segala Af’al pada
dirinya dengan meng-isbab-kan
segalanya kepada hak Allah s.w.t.
semata, disamping dia juga
menafikan ke-wujud-an dirinya
kepada ke-wujud-an Allah s.w.t.
semata-mata.

Sedangkan Zikir ASMA itu adalah
dengan cara me-lafaz-kan zikir
keluar nafas yaitu : ALLAH, zikir ini
biasanya diamalkan oleh kumpulan
TAREKAT. Dimana pengamal-
pengamalnya terus menerus
menafikan diri zahirnya dan terus
mengisbabkan kepada diri batinnya
semata-mata yaitu ALLAH.
Jika pada zikir SYAREAT yaitu
LAILLAHAILLALLAH masih men-yata-
kan Nafi dan Isbab dengan
melafazkan kalimah
LAILLAHAILLALLAH dengan lidah
dan hatinya secara berulang-ulang
melafazkan kalimah penyaksian.
LAILLAHAILLALLAH
Tiada yang nyata hanya Allah
s.w.t.

Tetapi pada zikir orang Tarekat
adalah lebih ringkas lagi dengan
hanya terus menyatakan ALLAH
saja. yaitu diri batin yang
mengandungi Diri Rahasia Allah
s.w.t.
Zikir penyaksian diri batin ini
dilakukan sambil si pengamalnya
menilik diri bathinnya.
Disini dapat-lah diterangkan bahwa
konsep yang disimpulkan pada zikir
Asma’ ini adalah
LA MAUJUDU ILLALLAH

Artinya :
Tiada yang wujud pada zahir
dan bathinnya hanya Allah
s.w.t. semata-mata.

Kemudian Zikir SIFAT itu adalah
zikir keluar masuk nafas atau zikir
TANAFAS yaitu : ALLAH HU. Dimana
lazimnya zikir ini diamalkan oleh
kumpulan orang-orang HAKEKAT.

Sesungguhnya zikir ini adalah, zikir
dimana pengamal-pengamalnya
telah memahami konsep pada
penyaksian diri ZAHIR dan BATHIN
dimana mereka telah mendapat
petuah penyaksian diri daripada
gurunya yang mursyid lagi
makrifat.
Jadi bila seseorang itu berzikir
dengan zikir SIFAT maka berarti dia
menyatakan pada diri zahir dan
bathin-nya tentang dua konsep
pegangan diatas.
.
ALLAH HU
LAILLAHAILLALLAH
MUHAMMADARRASULULLAH
Tiada yang nyata pada diriku hanya
diri bathin dan Muhammad (diri
zahir) adalah penanggung Diri
Rahasia Allah s.w.t.
Adapun Zikir ZAT dengan me-lafaz-
kan Zikir Rahasia NUFUS yaitu A
HU, zikir ini juga dinamakan zikir
pertemuan Makrifat antara ZAKAR
dan FARAJ ketika berlangsungnya
persetubuhan
.
Zikir ini adalah zikir “NYATA
MENYATA” di antara pemberi dan
penerima yaitu ZAT dan SIFAT yang
KAMIL MULKAMIL yang makrifat
antara satu dengan lainnya.
Adapun yang dimaksud kamil-
mulkamil di antara satu dengan lain
itu adalah satu kesatuan antara diri
zahir dan bathin ataupun antara
Hakekat Diri Allah dan Hakekat
Muhammad tidak boleh lagi
bercerai berai diantara satu dengan
lain pada konsep Makrifat.

Untuk keterangan lanjut dan lebih
mendalam silahkan bertanya
kepada orang yang mursyid lagi
makrifat .

Syareat = Zikir Af’al =
LAILLAHAILLALLAH
Tarekat = Zikir Asma’ = ALLAH
Hakekat = Zikir Sifat = ALLAH
HU
Makrifat = Zikir Zat = A HU
Pada peringkat awal bagi orang-
orang MUFTADI (orang yang baru
belajar), mereka biasanya diberi
petuah oleh gurunya supaya
mengamalkan dan berpegang
dahulu dengan hakekat syahadat
tauhid dan bagi orang-orang
MUTTAWASID (orang-orang
pertengahan) biasanya diberi
petuah oleh gurunya mengamalkan
Zikir Asma’ (ALLAH). Sedangkan
bagi orang MUNTAHI (orang yang
faham) biasanya mengamalkan
Zikir Sifat (ALLAH HU) dan Zikir Zat
(A HU).
by Ilmu Hakekat Usul Diri

ZIKIR (2)
Adapun zikir LAILLAHAILLALLAH
adalah zikir Isbab, sedangkan yang
dikatakan Nafi itu adalah dengan
kita me-nafi-kan diri zahir kita ini
tidak mempunyai hak atas sesuatu
kecuali nyata hak Allah s.w.t.
semata-mata.:
LA HAYYUN : Hidup-ku bukan
Hidup-ku
LA ILMUN : Ilmu-ku bukan Ilmu-ku
LA SAMIUN : Mendengar-ku bukan
mendengar-ku
LA BASHIRUN : Melihat-ku bukan
melihat-ku
LA KADIRUN : Kuasa-ku bukan
kuasa-ku
LA MURIDUN : Kehendak-ku bukan
kehendak-ku
LA MUTTAKALLIMUN : Berkata-kata-
ku bukan berkata-kata-ku
BILHAKKI ILLALLAH : Kecuali semua-
nya itu Hak Allah semata-mata.
Ber-awal LA itu adalah nafi bagi diri
zahir dengan satu pegangan tubuh
zahir ini bukan tubuh kita kecuali
diisbabkan dengan ILLA yaitu pada
menyatakan dengan suatu pegangan
penyaksian yang mutlak bahwa
yang wujud pada diri zahir kita ini
adalah pada yang mengisbabkan
kepada ILLALLAH Jadi bila
dikatakan ILLALLAH berarti kita
menyatakan dengan satu
penyaksian yang mutlak bahwa diri
batin kita itu adalah hanya Allah
s.w.t. semata-mata. Dalam hal ini
untuk pemahaman yang lebih
mendalam silahkan baca kembali
pada uraian yang membahas
hakekat syahadat.

Adapun zikir ALLAH adalah
zikir Asma’ dan sesungguhnya
yang dikatakan zikir Asma’ itu
adalah karena nama ALLAH
yang ber-Sifat dan ber-Zat itu
nyata meliputi pada seluruh
alam Saghir dan alam Kabir
yaitu pada diri manusia dan
alam semesta.

Semuanya tiada teruang sedikitpun
kecuali samad dengan Zat, Sifat,
Asma, dan Af’al Allah s.w.t. semata-
mata.
Seperti firman Allah s.w.t.
WALILLAHI MASYRIKU WAL
MAGRIBU WA’AINAMA TUALLU
FASYAMMA WAJHULLAH

Artinya :
Sesungguhnya milik Allah
s.w.t. itu dari mashrik dan
maghrib, dimana saja kamu
menghadap disitulah kamu
akan melihat wajah Allah
s.w.t.

Oleh karena itu bila kita
melafazkan ALLAH maka dengan
secara otomatis pada hakikatnya
kita men-yaksik-an bahwa semua
yang wujud ini adalah Allah s.w.t.
semata-mata, tiada yang lain hanya
Allah s.w.t. yaitu.:
SYUHUDU WAHDAHU FI
KASYRATIN

Artinya :
Saksilah pada yang satu itu
kepada yang banyak.
Adapun zikir ALLAH HU adalah zikir
SIFAT. Zikir ini adalah ber-konsep-
kan :
SYUHUDU KASRATIN FI
WAHDAH

Artinya :
Saksilah pada yang banyak
kepada yang satu
Yaitu dengan memahami apa saja
yang ada, apa juga yang berlaku,
dan apa juga yang terjadi adalah
daripada SUMBER yang satu yaitu
Allah Ta’ala jua yang meliputi pada
zat, sifat, asma, dan afaal.

Disini bila dilafazkan ALLAH HU
maka berarti hilangnya segala yang
zahir dan nyata-lah segala yang
batin yaitu Allah Taala jua. Untuk
memahaminya secara mendalam
silahkan lihat kembali pada uraian-
uraian yang lalu.

Adapun zikir A HU adalah zikir ZAT
atau dinamakan juga Zikir Makrifat.

Zikir ini ber-konsep-kan kepada :
SYUHUDU WAHDAHU FI
WAHDAH.

Artinya :
Saksilah pada yang satu
didalam yang satu.

Sesungguhnya maksud saksilah
pada yang satu didalam yang satu
adalah dengan cara berkonsepkan
penyaksian yang satu dari yang
satu yaitu semuanya dari pada
Allah dan kembali kepada Allah.
INNA LILLAHI WAINNA ILLAIHI
ROJIU’N
Artinya :
Semuanya dari Allah dan
harus kembali kepada Allah
- Zat itu dari pada Zat yang satu,
- Sifat itu dari Sifat pada yang satu,
- Asma, itu dari pada Asma yang
satu
- Af’al itu didalam Af’al yang satu
Jadi.. Zat Sifat, Asma, dan Af’al
Allah Taala Semesta Alam jua,
Sesungguhya semua yang wujud
dan zahir adalah dari pada yang
satu dan sebenarnya memang satu
dan tidak di-sekutu-kan dengan
yang lain dari pada yang satu.

Bahwasanya Allah Taala
menzahirkan SifatNya untuk
menyatakan ZatNya dan
menzahirkan Af’alNya untuk
menguji SifatNya dan
menzahirkan AsmaNya
semata-mata untuk
menyatakan Sifat af’alNya dan
ZatNya.

Tidak ada sebab lain Allah Taala
menzahirkan segala-galanya
melainkan untuk diriNya saja
Setelah kita menyentuh dan
memahami tentang konsep tentang
ZIKIR tersebut maka kita harus juga
mem-bicara-kan tentang petuah-
petuah dan adab-adab berzikir
supaya zikir yang dilafazkan itu
akan mencapai tujuan untuk
membersihkan hati kita dengan
Allah s.w.t.

Perlu untuk ditegaskan disini
bahwa sesuatu zikir yang
dikerjakan tanpa mengikuti adab
dan petuah-petuah berzikir niscaya
zikir tersebut akan menjadi sia-sia
karena tidak mencapai matlumat
zikir yang sebenarnya.

Banyak orang berzikir mengikuti
selera masing –masing, terasa
hendak berzikir dengan nyaring
lantas dinyaringkan suaranya,
terlintas dihatinya hendak
dilagukan zikir tersebut, lantas
dilagukanya, terasa hendak
dilenggak-lenggokan tubuhnya,
lantas dilenggak-lenggokkan
tubuhnya, pendek kata berzikir
bagi mereka adalah dengan cara
melafazkan zikir mengikuti
sekehendak hati tanpa mendapat
petuah yang mutlak untuk
mencapai matmulat zikir yang
dikerjakannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar