karya.
Cmst
_______
Aku memandang nyalang, pada
manusia lalu lalang
Kulihat, tanpa sedikitpun segan,
mereka menggamitkan jemari
tangan
Kata cinta menguar di angkasa,
menghayutkan gemawan mega
Mangaburkan keindahan bintang
gemintang, panji dan agungnya
bentara
Namun di sini, berdiri aku dalam
keraguan
Tak mengerti dan terus bertanya :
Apakah segalon cinta lebih manis
ketimbang sececap cita?
Dan apakah bahagia terwujudi
harus dengan dimiliki?
Dan apakah seorang pangeran
hanya dapat menjadi raja,
Pabila mempersandingkan
permaisuri di sisinya?
Dan tanya itu menggiringku masuk
ke dalam labirin tua
Lorong pekat penuh lembap yang
dindingnya berkeropeng dusta
Penuh tipu daya, tiap
simpangannya menyesatkan
pengelana
Aku ikuti setitik cahya, dan kulihat
jawab di ujungnya
Aku bertanya lantang, “Wahai,
apakah itu cinta?”
Kulihat sepasang muda-mudi
bergelayutan mesra
Sang gadis tertawa mengikik, sang
pemuda menggeliat laknat
Sahutnya, cinta adalah hari ini
Yang tergantikan segera oleh hari
esok
Dia adalah kesenangan yang
berkelindan selalu
Birahi yang terpuaskan, nikmat
yang berseliweran
Aku tercenung, dan terus
termenung
Jika cinta adalah pesta pora, lalu
apa arti cerita Majnun
Cinta baginya adalah kisaran
derita
Tetapi Majnun hanya tahu itu
cinta, walau dia buta
Oh, betapa takdir cintanya berakhir
nestapa
Aku berpaling dari mereka yang
mencemooh nakal
Lalu aku pergi menuju ujung lain
lorong teka-teki
Kuikuti suara-suara merdu, tawa,
dan musik syahdu
Walau gelap pekat, suara itu
menuntunku pasti
Dan akhirnya kulihat panggung
megah berdiri kokoh
Dipenuhi penyair dan pujangga
sepanjang masa
Dadaku serasa bergolak, aku
menyeruak dan berteriak, “Wahai
apakah itu cinta?”
Seorang pujangga menoleh, berdiri,
dan menjawab panggilanku lalu
mulai bersyair,
Cinta adalah roman tanpa batas
Inspirasi yang takkan mati; Api
yang takkan padam
Yang geloranya membuatmu remuk
redam
Tapi, bagai kecanduan, kau akan
terus menyesapnya
Membuatmu merasa terbang
menuju menuju mentari yang
menyala perkasa
Sekali lagi, keraguan menyelinap
dan membisik
Mestikah begitu, sebab kulihat
nyala sangat redup
Menyambangi jalinan pernikahan
yang suci
Gairah sejoli telah berakhir, tapi
tidak memupus ikatannya
Tapi mereka masih menyebutnya
cinta
Walau madunya telah habis, Sang
kumbang masih hinggap di atas
kembang
Aku melengos tak puas, dan
berjalan tak tahu ke mana
Kususuri lorong berliku, begitu
panjang jalanan, begitu terjal
undakan
Dan pada satu tangganya, kulihat
seorang pengemis renta
mengharap derma
Dia berkata, “berikanlah milikmu
yang terbaik, dan kusampaikan
kebijaksanaanku”
Aku sebenarnya tak ingin percaya,
tapi kakiku terlalu letih mencari
jawab
Kuulurkan sebongkah batu mirah
sembari bertanya, “Wahai, apakah
itu cinta?”
Si pengemis diam dalam takzim,
dan menjawab,
Cinta adalah menghamba tanpa
bertanya
Ketaatan tanpa memerlukan
jawaban
Kau memuja, dan menjadikan
dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata cinta adalah perintah
yang tiada terbantah
Aku terpekur dan tak henti berpikir
Jika cinta merupakan
penghambaan, lalu apa arti cinta
Ilahi?
Dia yang menurunkan hujan, dan
lebih agung dari apapun jua
Dia yang memberikan rizki kepada
orang paling durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya,
dan tak memerlukan apapun dari
makhluk-Nya
Aku merasa rugi atas permata yang
terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan;
melainkan kedunguan!
Cinta si pengemis selamanya
menjadikan dirinya pengemis
Yang mengiba, meminta, dan
mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta, maka
terkutuklah kata cinta!
Aku muak atas pencarian ini, lalu
memutuskan keluar
Labirin tua tak lagi mengurungku,
dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah aroma kebebasan yang
menarik para pemberani
Dan seperti cerita lama, aku
berlayar menuju samudera
berombak, –sendiri
Angin kencang membantu lajuku,
dan kapalku menuju horizon di
tapal batas
Mencari dunia baru untuk
ditaklukkan
Di ujung dek aku berteriak penuh
kegembiraan
Walau kegembiraan itu kadang
dibayar oleh rasa hampa di tengah
lautan
Oh, tahun-tahun berselang;
musim-musim berganti datang
Waktu-penuh-kenangan yang
berkandung duka dan suka
Namun, pada suatu hari yang
mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa
yang tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam,
dan onggokan
Sementara aku hanyut ditemani
tongkang yang terombang-ambing
Entah mengantarkanku ke mana
Di suatu tempat, saat aku
membuka mataku
Aku rasai pasir lembut yang harum
baunya
Dan riak ombak bermain-main di
sekujur tubuhku
Apakah ini tanah orang- orang
mati, ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku…seteguk
air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang
mendekat
Sorot matanya menatapku lekat
Lalu menuangkan seteguk air pada
bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku terasa kabur, dan
dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat
tak bersayap yang memberikan
jawab
Aku merasa maut sebentar lagi
menjemput,
Jadi tak ada salahnya bertanya, toh
rasa malu akan terbawa lalu
Setelah sekian lama, sekali lagi aku
bertanya, “Wahai, apakah itu
cinta?”
Dia termangu,dan hanya tersenyum
Untuk menenangkan jiwaku yang
sekarat, dia menatapku lembut
Dan kata-kata bagai menetes dari
mulutnya
Kata-kata serasa madu yang
manisnya teringat selalu,
Jawabnya :
Cinta bukanlah benda untuk
dimiliki
Tetapi tindakan untuk
diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa
imbalan
Pernahkah mentari bertanya
padamu atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan
meminta jawaban atas
keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air
pada orang asing,
Dan dia tak berhutang padamu
apapun
Itulah cinta.
Bagaikan petani, kau menanam
benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya,
menghilangkan rasa laparnya
Tetap ingatlah, cinta adalah
pilihan hatimu
Bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tidak pernah
membuatmu merasa kehilangan
Dia terus membuat hatimu merasa
kaya
Namun, sungguh dunia telah
tercerai berai,
Dan manusia menjadi tersesat oleh
makna cinta
Tergelincir keserakahan, cinta
menjadi memabukkan
Untuk memiliki, bukannya
memberikan
Untuk menguasai, bukannya
mengasihi
Jika cinta tinggallah nafsu diri
belaka
Yang tersisa hanyalah kerusakan
semata
Tiada peduli sesama; Semuanya
mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta; tapi
itu hanyalah dusta
Hari itu, aku tahu
Bahwa perjalananku bukannya
berakhir,
Tetapi baru saja dimulai
Lalu aku mengatup mata
Dan mulai mendoa
Untuk satu pilihan kata di hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar