By.Cmst
Wahai kau yang mati jumat yang lalu
Apakah kau rasa
Isyarat angin
menyapa
rindu
Mengucap salam
diseulas
senyum
Dari seuntai jemari yg
menghela resah
Dibalik rangkai syair
yg
tiada utuh ??
Apakah kau dengar
Jeritan burung malam
yg
menghentak jantung
Merambah dari balik
bukit, lewati gelap
malam
Dari pucuk pucuk
ranting
jati yg menunduk
risau
Mengelam dalam
buliran
tetes embun jatuh
Membeban rasa,
penuh
darah kelukaan
Telah jauh rentang
jarak
memisahkan kita
Hingga senyum pun
berubah makna
menjadi
angkuh
Hingga rindupun
menjelma rupa dalam
wujud kebencian
Dan rembulanpun tak
lagi
menyajikan ulasan
binarnya
Lalu kisah pun
terberai
dalam genggam sang
keakuan
Wahai engkau kekasih lukaku
Apakah kau mengerti
Nyanyian rindu yg
mengalun dari balik
awan ??
Yang merangkumkan
segala rasa sampai ke
kaki langit
Melukiskan wajah hati
nan gelisah, tanpa
warna
Ketika cinta tak lagi
menyangga ujung
ujung
benak
Duh ruh sana
Apakah kau simak
deru
syair malam ku??
Yang bergolak
meronta,
disetiap bait bait ruh
aksara ku
Yang tergores
diantara
pelukan dingin
keheningan malam
Hanya melukiskan
kerinduan
Hanya menyibakan
kelukaan
Hanya mengurai
wajah
sang kedukaan
Dan hanya
melontarkan
irama penyesalan
kalbu memar
Ujung malam, tak lagi
menyisakan jalinan
debar
Hanya mengguratkan
sisa sisa wajah
kelaraan
Ujung malam, tak lagi
menyapa jiwa dalam
senyuman
Hanya membawakan
kabut dingin, disela
demam gigil kelukaan
Dibalik bayangan mu
yg
kian menampak
angkuh, menjauh terbang
menyisakan malam yang menyakitkan
Selamat jalan
“Jenongkuh“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar