Di Taman Edan, aku bersua sesosok
kata terpuruk mabuk dipojok
kalimat jorok.
Rambut gimbal akar gantung
beringin tua, pakaian kumal sarang
kepinding dan kecoa, mulut busuk
comberan mampat, tubuh gembrot
burik berborok.
Kusapa ia dengan cinta.
Mata bara menjelang padam, kerjap
binal bintang zohal.
Kutawari ia mandi, pakaian bersih-
rapi, sebotol minyak wangi.
Siapa tahu kelak, ketika nasib tak
lagi congkak,
seorang penyair yang sedang cari
inspirasi memungutnya sebagai
anak asuh dan memberinya rumah
dalam puisi yang teduh.
Aku ingin kau mampus, ia
mendengus ketus.
Bau mulutnya alkohol kakilima.
Lidah bercabang, kata-kata terucap
sumbang.
Kudengar ia kentut, udara pun
semaput.
Lalu ia muntah, menumpahkan
bangkai kawan-kawannya sendiri
yang ia telan sembari masturbasi
Tak ada sajak cukup kupijak, ia
berlagak.
Aku terlalu besar.
Aku bukan kata sekadar.
Segala sesuatu bermula dariku.
Aku penyebab penyair lahir.
Firmanku suci, perintahku dipatuhi
para nabi.
Penyair tak lebih dari pendusta
nyinyir, bertualang dari remang ke
temaram, tanpa kitab keabadian.
Aku kutuk mereka:
mendamba cahaya, didera derita
Mungkin saat itu tuhan pulas di
selembar daun apel yang lepas.
Angin berdesir, muncul si penyair.
Rambut tersisir klimis, dandanan
necis.
Sambil mengelap ujung sepatu ia
ucap salam rindu kepadaku.
Kata- katanya terdengar lain,
sesahdu irama latin.
Aku terpukau, dalam dirinya
bebukit hijau, bentang kebun kakao,
kemilau danau
Sambil menimang apel malang,
si penyair bilang:
Aku sedang menyusun ulang kata-
kata yang sengaja tak diucapkan
Adam kepada Eva, tentang Lilith
istri pertamanya.
Kelak akan gamblang, mengapa
dunia dipenuhi para pecundang.
Mereka pencemburu yang tak doyan
mengunyah sajak, lebih gemar
memburu dan mengenyah orang
bijak, bersenjata pedang dusta
Kata busuk yang terpuruk mabuk di
pojok kalimat jorok itu seketika
kuyu.
Ia beringsut kecut,
melata pergi, lalu lesap ke kobar
api,
jauh di luar sajak ini
-------------------------------
-------------------------------
(Sungguh),
aku tergoda untuk menjamahnya,
namun aku kehilangan kata untuk
memaknai sajak-sajak sadis yang
kata"nya sungguh luar biasa.)
____________
CMST.bts.monta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar